Harga emas dunia mengalami penurunan setelah sempat reli tajam dalam beberapa pekan terakhir. Aset safe haven ini kini tengah berada dalam fase koreksi, meskipun sejumlah analis masih melihat adanya potensi reli lanjutan di tengah ketidakpastian global.
Harga Emas Turun Setelah Sentuh Level US$3.000 per Ons
Berdasarkan data Bloomberg per Senin pagi (7/4/2025), harga emas spot turun sebesar 21,93 poin atau 0,72% ke level US$3.016,31 per ons. Sementara itu, kontrak emas Comex untuk pengiriman Juni 2025 juga melemah 0,26% ke posisi US$3.027,6 per ons.
Penurunan ini melanjutkan tren koreksi sejak akhir pekan lalu, setelah emas menyentuh level psikologis US$3.000 per ons. Koreksi ini terjadi di tengah reaksi pasar terhadap kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump, yang memicu kekhawatiran terhadap eskalasi perang dagang global.
Emas Jadi Likuiditas Saat Guncangan Pasar
Analis dari Standard Chartered, Suki Cooper, menyebut bahwa emas sering digunakan sebagai sumber likuiditas ketika pasar mengalami tekanan. “Tak mengherankan bila harga emas terkoreksi pasca gejolak pasar. Ini masih sejalan dengan pola historis,” ungkapnya seperti dilansir dari Reuters.
Fenomena ini disebut wajar, karena investor kerap menjual emas untuk memenuhi kebutuhan margin call di portofolio lainnya.
Apakah Masih Ada Potensi Reli?
Meskipun harga emas sedang terkoreksi, analis tetap melihat adanya ruang untuk kenaikan harga emas di kuartal II/2025. Cooper memperkirakan harga emas dapat mencetak rekor tertinggi baru, terutama jika ketidakpastian global berlanjut.
Di sisi lain, HSBC memproyeksikan harga emas rata-rata tahun 2025 akan berada di kisaran US$3.015 per ons, sementara untuk 2026 diperkirakan turun menjadi US$2.915 per ons. Proyeksi ini mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk risiko geopolitik, kebijakan luar negeri AS, dan ketidakpastian ekonomi global.
Dukungan dari Bank Sentral dan Risiko Dolar Kuat
HSBC juga menyoroti bahwa pembelian emas oleh bank sentral diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini dan tahun depan. Namun, volume pembelian mungkin akan lebih rendah dibandingkan dengan puncaknya pada periode 2022–2024.
Selain itu, HSBC mengingatkan bahwa penguatan dolar AS yang diproyeksikan terjadi pada akhir 2025 bisa menjadi faktor penghambat reli emas. Dalam situasi suku bunga tinggi, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik dibandingkan instrumen keuangan lainnya.
Meskipun harga emas terkoreksi, sentimen pasar masih menyimpan potensi reli jangka menengah hingga panjang. Ketidakpastian global, konflik geopolitik, serta kebijakan bank sentral akan tetap menjadi pendorong utama pergerakan emas sebagai aset safe haven.